Pengantar Wireless-LAN 2.4GHz
Contributed by Muhammad Firdaus
Wednesday, 12 April 2006
Wireless LAN yang biasa disingkat WLAN menjadi teknologi alternatif dan relatif murah untuk diimplementasikan di
Indonesia, kondisi ini terjadi karena mahalnya infrastruktur kabel telepon dan masih dikuasai oleh satu lembaga.
Teknologi WLAN yang menjadi pertimbangan adalah perangkat yang bekerja di frekuensi 2.4GHz atau disebut sebagai
pita frekuensi ISM (Industrial, Scientific and Medical). Frekuensi ini secara internasional dibebaskan atau unregulated,
terkecuali di Indonesia saat ini sedang dibuat aturannya. Semoga saja tidak menyimpang jauh dari aturan
internasionalnya sendiri.
1. Teknologi Dasar Fungsi utama dari Wireless LAN adalah untuk menjangkau wilayah LAN yang sulit dicapai dengan
kabel tembaga biasa (copper wire), juga untuk menjangkau pengguna bergerak (mobile-users). Ada empat komponen
utama dalam membangun jaringan WLAN ini: Access Point, merupakan perangkat yang menjadi sentral koneksi dari
klien ke ISP, atau dari kantor cabang ke kantor pusat jika jaringannya adalah milik sebuah perusahaan. Access-Point
berfungsi mengkonversikan sinyal frekuensi radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel, atau
disalurkan ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan ulang menjadi sinyal frekuensi radio. Wireless LAN
Interface, merupakan device yang dipasang di Access-Point atau di Mobile/Desktop PC, device yang dikembangkan
secara massal adalah dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) card. Wired
LAN, merupakan jaringan kabel yang sudah ada, jika Wired LAN tidak ada maka hanya sesama WLAN saling terkoneksi.
Mobile/Desktop PC, merupakan perangkat akses untuk klien, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA
sedangkan desktop PC harus ditambahkan PC Card PCMCIA dalam bentuk ISA (Industry Standard Architecture) atau
PCI (Peripheral Component Interconnect) card. Secara relatif perangkat Access-Point ini mampu menampung beberapa
sampai ratusan klien secara bersamaan. Beberapa vendor hanya merekomendasikan belasan sampai sekitar 40-an
klien untuk satu Access Point. Meskipun secara teorinya perangkat ini bisa menampung banyak namun akan terjadi
kinerja yang menurun karena faktor sinyal RF itu sendiri dan kekuatan sistem operasi Access Point. Saat ini sistem
operasi Access Point dikembangkan dengan dasar prosesor i486 dan RAM 4-8MB. Komponen logik dari Access Point
adalah ESSID (Extended Service Set IDentification) yang merupakan standar dari IEEE 802.11. Klien harus
mengkoneksikan PCMCIA cardnya ke Access Point dengan ESSID tertentu supaya transfer data bisa terjadi. ESSID
menjadi autentifikasi standar dalam komunikasi wireless. Dalam segi keamanan beberapa vendor tertentu membuat
kunci autentifikasi tertentu untuk proses autentifikasi dari klien ke Access Point. Rawannya segi keamanan ini membuat
IEEE mengeluarkan standarisasi Wireless Encryption Protocol (WEP), sebuah aplikasi yang sudah ada dalam setiap
PCMCIA card. WEP ini berfungsi meng-encrypt data sebelum ditransfer ke sinyal RF, dan men-decrypt kembali data dari
sinyal RF. Enkripsi yang umum dipakai adalah sebesar 40bit dan ada beberapa vendor tertentu yang mengeluarkan
WEP sampai 128bit. 2. Spread Spectrum Bagaimana data bisa bergerak di udara? Wireless LAN mentransfer data
melalui udara dengan menggunakan gelombang elektromagnetik dengan teknologi yang dipakai adalah Spread-
Sprectum Technology (SST). Dengan teknologi ini memungkinkan beberapa user menggunakan pita frekuensi yang
sama secara bersamaan. SST ini merupakan salah satu pengembangan teknologi Code Division Multiple Access
(CDMA). Dengan urutan kode (code sequence) yang unik data ditransfer ke udara dan diterima oleh tujuan yang berhak
dengan kode tersebut. Dengan teknologi Time Division Multiple Access (TDMA) juga bisa diaplikasikan (data ditransfer
karena perbedaan urutan waktu/time sequence). Dalam teknologi SST ada dua pendekatan yang dipakai yaitu: Direct
Sequence Spread Spectrum (DSSS), sinyal ditranfer dalam pita frekuensi tertentu yang tetap sebesar 17MHz. Prinsip
dari metoda direct sequence adalah memancarkan sinyal dalam pita yang lebar (17MHz) dengan pemakaian pelapisan
(multiplex) kode/signature untuk mengurangi interferensi dan noise. Untuk perangkat wireless yang bisa bekerja sampai
11Mbps membutuhkan pita frekuensi yang lebih lebar sampai 22MHz. Pada saat sinyal dipancarkan setiap paket data
diberi kode yang unik dan berurut untuk sampai di tujuan, di perangkat tujuan semua sinyal terpancar yang diterima
diproses dan difilter sesuai dengan urutan kode yang masuk. Kode yang tidak sesuai akan diabaikan dan kode yang
sesuai akan diproses lebih lanjut. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS), sinyal ditransfer secara bergantian
dengan menggunakan 1MHz atau lebih dalam rentang sebuah pita frekuensi tertentu yang tetap. Prinsip dari metoda
frequency hopping adalah menggunakan pita yang sempit yang bergantian dalam memancarkan sinyal radio. Secara
periodik antara 20 sampai dengan 400ms (milidetik) sinyal berpindah dari kanal frekuensi satu ke kanal frekuensi
lainnya. Pita 2.4GHz dibagi-bagi ke dalam beberapa sub bagian yang disebut channel/kanal. Salah satu standar
pembagian kanal ini adalah sistem ETSI (European Telecommunication Standard Institute) dengan membagi kanal
dimulai dengan kanal 1 pada frekuensi 2.412MHz, kanal 2 2.417MHz, kanal 3 2.422MHz dan seterusnya setiap 5MHz
bertambah sampai kanal 13. Dengan teknologi DSSS maka untuk satu perangkat akan bekerja menggunakan 4 kanal
(menghabiskan 20MHz, tepatnya 17MHz). Dalam implementasinya secara normal pada lokasi dan arah yang sama
hanya 3 dari 13 kanal DSSS yang bisa dipakai. Parameter lain yang memungkinkan penggunaan lebih dari 3 kanal ini
adalah penggunaan antena (directional antenna) dan polarisasi antena itu sendiri (horisontal/vertikal). Penggunaan
antena Omni-directional akan membuat sinyal ditransfer ke seluruh arah (360 derajat). Teknologi FHSS ditujukan untuk
menghindari noise/gangguan sinyal pada saat sinyal ditransfer, secara otomatis perangkat FHSS akan memilih frekuensi
tertentu yang lebih baik untuk transfer data. Kondisi ini menjadikan satu keuntungan dibandingkan dengan DSSS.
Teknologi DSSS dan FHSS tidak saling interoperable artinya perangkat DSSS tidak akan bisa melakukan koneksi ke
perangkat FHSS dan sebaliknya. Berikut adalah tabel perbandingan DSSS dengan FHSS: Manakah yang lebih baik?
Pertanyaan ini bisa membuat flame-war tersendiri baik di kalangan vendor pembuat perangkat maupun penggunanya.
Masing-masing akan berargumentasi produknya yang terbaik, dengan kata lain sulit untuk membandingkan teknologi
Team SDD Project Prabumulih (PT Pertamina EP Region Sumatera)
http://www.pertamina-dohsbs.com/test Powered by Joomla! Generated: 26 August, 2008, 11:02
mana yang lebih baik karena implementasi wireless 2.4GHz penuh dengan trik, di mana trik yang telah dikembangkan di
wilayah tertentu belum tentu akan berhasil sempurna diimplementasikan di tempat lain. Vendor wireless dan produknya
yang mengembangkan perangkat spread-spectrum 2.4GHz antara lain: Cisco Systems Aironet 340 Series Lucent
Technologies Orinoco 3Com AirConnect Apple Computer AirPort BreezeCOM BreezeACCESS, BreezeNET PRO 11,
and BreezeNET DS.11 Enterasys RoamAbout Intermec Intermec 2101, 2100, and 2102 Nokia A020, A032 Nortel
Networks e-Mobility Proxim Harmony, RangeLAN-DS, RangeLAN2, Symphony, and Stratum Symbol Technologies
Spectrum24 3. Teknologi Alternatif Selain teknologi Spread Spectrum dengan metoda DSSS dan FHSS ada beberapa
teknologi alternatif lainnya yang masih dikembangkan. BlueTooth BlueTooth awalnya dikembangkan untuk
mengkoneksikan laptop, PDA (Personal Digital Assistance) dan Telepon Selular secara wireless. Merupakan generasi
mendatang jaringan peer-to-peer. Spesifikasi awal BlueTooth disiapkan untuk wireless voice dan transmisi data jarak
pendek. HiperLAN 2 High Performance Radio LAN type 2 adalah broadband wireless yang beroperasi di frekuensi 5Ghz
dengan transmisi bisa mencapai 54Mbps. HiperLAN 2 dipromosikan oleh FCC (Federal Communications Commission)
dan ETSI Broadband Radio Access Network (BRAN) dan lebih banyak dikembangkan di Eropa. IEEE 802.11 Standar
IEEE 802.11 mengkhususkan pengembangan teknologi lapisan fisik dan link wireless LAN (lapisan 1 dan 2 OSI). Ada 6
standar yang dipakai: 802.11a, 5GHz dengan teknologi OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplex) 802.11b,
DSSS pada lapisan fisik dengan transfer data 5.5 sampai 11Mbps. 802.11d, standar kebutuhan fisik (channel, hopping,
pattern, MIB snmp) 802.11e, pengembangan aplikasi LAN dengan Quality of Service (QoS), keamanan dan autentifikasi
untuk aplikasi seperti suara, streaming media dan konferensi video. 802.11f, rekomendasi praktis untuk Multi-Vendor
Access Point Interoperability melalui Inter-Access Point Protocol Access Distribution System Support. 802.11g, standar
untuk penggunaan DSSS dengan transfer 20Mbps dan OFDM 54Mbps. Standar ini backward-compatible dengan
802.11b dan bisa dikembangkan sampai lebih dari 20Mbps
Team SDD Project Prabumulih (PT Pertamina EP Region Sumatera)
http://www.pertamina-dohsbs.com/test Powered by Joomla! Generated: 26 August, 2008, 11:02
Selasa, 26 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar